Konsep dasar Psikologi Sosial dan implementasinya dalam kehidupan masyarakat



Konsep dasar Psikologi Sosial dan implementasinya dalam kehidupan masyarakat

1.     Konsep dasar psikologi social
Sebagaiman ilmu-iolmu sosial, objek pembahasan psikologi sosial adalah terpusta kepada kehidupan amnusia. Manusia adalah salah satu ciptaan Tuhan yang memiliki kecerdasan, kesadaran, dan kemauan yanbg tinggi dibandingkan denagn makhluk-makhluk-Nya yang lain. Kelebihan inilah yang mendorong manusia mampu menguaai alam, menakklukkan makhluk yang lebih kuat, dan menciptakn segala sesuatu yang dapat menyempurnakan dirinya. Ha;l ini bisa tercapai karena dalam diri manusia terdapat potensi yang selalu mengalami proses perkembangan setelah indi\vidu tersebut berinteraksi denagn lingkumngannya.
Potensi-potensi yang dimiliki memnusia sehingga membedakan denagn makhluk ciptaan Tuhan yang lakinnya adalah sebagai berkut (Ahmadi,2002).

(1)   Kemempuan menggunakan bahasa. Kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa ini hanyalah semata-mata terdapat pada manusia dalam pengertian bisa m,erubah, menambah, dan mengembangkan bahasa yang dugunakan. Sedangkan pada binatang memamng ada tetapi masih sangat sederhana sekali dan terbatas pada bunyi suara yang merupakan isyarat atau tanda-tanda.
(2)   Adanay sikap etik. Dalalm setiap masyarakat pasti terdapat peraturan atau norma-norma yang mengatur tingkah laku anggota0anggotanya baik itu masyarakat modrn mauoun masyarakat yang masih terbelakang sekalipu n noram tersebuit merupakan ketentuan apakah sesuatu perbuatan itu dipandang baik atau buruk. Noram tersebut tidak selau sama antara msyarakjat satui dengan yang lainnya sesuai dengan adat kebiasaan, agama, dan perkembanagn kebudayaan imumnya dimana dia hidup. Individu sebagai anggota masyarakat berusaha untuk berbuat sesuai dengan norma yang berlaku dala masyarakat karena adanya sikap etik yang dimilikinya. Namun demikian sesuai dengan tuntutan kebudayaan manusia berusaha unr\tuk menyempurnakan noram yang telah ada.
(3)   Hidup dalam 3 dimensi waktu. Manusia memiliki kemampuan untuk hidup dalam 3 dimensi waktu. Manusia mampu m,endasarkan tingkah lakunya pada pengalaman masa lalunya, kebutuhan-kebutuhan sekarang, dan tujuan yang akan dicapai pada amsa yang akan datang. Pengalaman-pena\galaman masa lalu merupakan peganagn bagi perbuatan-perbuatannya masa sekarang, sehingga kesalahan yang sama tidak akan selalu terulang-ulang. Pengalaman-penaglaman yang tidak baik diingat untuk yidak berbuat lagio sedangkan pengalaaman-pengalaman yang baik dipegang untuk pedoman dalam kegiatan-kegiatannya masa kini yang kemudian kegiatan tersebut diarahkan untuk mencapai tujuan yang akan datang dengan sebaik-baiknya. Dengan perkataan lain bahwa amnusia dapat merencanakan paa yang akan diperbuat dan apa yang akan dicapai.
Ketiga potensi di atas oleh para ahli dijadikan sebagai syarat “humanj minimum”. Oleh karenanya biak tidak terdapat ketiga potensi ini maka akan sukar untuk dikelompokkan sebagai masyarakat manusia. Pemahamaninis elanjutnya akan mendorong untuk meningkatkan kecakapan dan potensi diri pribadinya.
Dengan potensinya tersebut, manusia njuga disebut sebagai makhluk monopluralis. Disebut demikian karena manusia dapat dipandang sebagai makhluk individu, sosial, dan ber-Tuhan.
(1)   Makhluk individu. Manusia sebagai makhluk  individual berarti manusia itu mnerupoakan suatu totaliat.individu berasal dari kata in-dividere yang berarti tidak dapat dipecah-pecah. Dalam aliran modern, ditegaskan bahwa jiwa manusia itu meruoakan satu kesatuan jiw araga yang berkegiatan secara keseluruhan.
(2)   Makhluk sosial. Manusia tidaklah mungkun hidup sendiri tanpaa danya komu\nikasi dengan manusia yang lainnya. Sejak dilahirkan manusia membutuhkan bantuan orang alin. Ia memerlukan bantuan makan, minum, dan memenuhi kebutuhan biologisnya. Demikian pula setalah tumbuh lebih besar, berbicar, belajar, berjalan, mengenal benda, ,engenal  norma dan sebagainya selalu membutuhkan bantuanorang lain di sekitarnya.
(3)   Makhluk ber-Tuhan. Sebagai manusia yang beragama, dalam kehidupoannya tidak bisa lepas dari pengakuan terhadap Tuhan. Hanay mereka yang tergolong atheis saja yang tidak mengakuai adanya Tuhan. Sebenarnya mereka yang atheis pun tanpa disadari telah menyatakan kebutuhannya kepada Tuahn meskipun tidak sempurna. Hali ini terbukti denagn aktivitasnya yang menyembah kepada dewa-dewa dan benda-benda lainnya.

2.    Implementasi Psikologi Sosial dalam kehidupan masyarakat
Dalam setiap masalah atau kasus yang terjadi di masyarakatpada umumnya disebabakan adanya ketidakseimbanagn prhatian atau pembianaan terhadap kedua aspek yang ada di dalam diri manusia, yakni aspek jasmani (raga) dan aspek rohani (jiwa). Keseimbanagn kedua aspek tersebut sangat berpengaruh terhada[p setiap perilaku individu ketiak menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalm berinteraksi denag msyaraklatnay.
Terkait hal di atas dapat dicontihkan dalam kasus sebagai berikjut: seorang remaja yang berusia 8 tahun yang sedang duduk di bangku SMA memiliki sifat introvert. Lingkungan yahg keras dan minimnya pengetahuan tentang keagamaan telah membesarkannya menjadi orang yang mudah terpengaruh pada situasi dan kondisi di lingkungan sekitarnya.
Selain darilingkunagn sekitarnya, kasus yang terjadi pada anak ini juga dilatarbelakangi oleh keadaan keluarganya yang broken home sehingga mengakibatkan pengaruh-pengaruh yang buruk dari lingkunagn keluarga juga denagn mudah memasuki kehidup[annya. Hampir tia[p malam anak ini bergaul dengan teman di lingkungannya yang sering berjudi dan mabuk-mabnukan sehingga proses pendidikannya terganggu.
Terkait dengan kasus kenakalan remaja di atas maka dapat ditarik kesimopulan bahwa pengaruh lingkungan yang buruk dan kurangnay perhatian orang tua (broken home) sangat berpengaruh terhadap perkembanagn jiwa keagamaaan dan kerohanian p[ada diri anak. Dalam hal ini yang paling utama adalah penanaman jiwa leagamaan anak sejak dini. Jadi, peranan keagamaan pada diri anak sangat penting dalam kehidpannya, karena denagn pendidikan agama diharapakan dapat menyaring segala sesuatu yang bersifat negatif dalam kehidupan bermasyarakat. (Arifin, 2004)
Pendidikan agama dalam hal ini adalah pendidikan islam yang tidak dibatasi oleh institusi (kelembagaan) ataupun pada kalanagn pendidikan tertentu. Pendidikan islam disinidiartikan sebagai nup[aya yang dilakukan oleh mreka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaaan, bimbingan, pengembanagn, serta pengarahan potensi yang dimiliki anaka agr mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana  hakikat kejadiannya.
Studi pada kasus di atas memberikan ilustrasi bahwa beta[pa besarnya penagruh lingkungan terhadap perilaku individu dalam kelompok sosial. Psikologi Sosial dalam hal ini membantu memberikan pemecahan persoalannya denagn upaya pendidikan keagamaan. Perangsang sosial yang berupa pendidikan keagamaan dan lingkungan sosial yangpenug dengan kekeluargaan diharapkan mampu merubah perilaku individu menjadi lebih baik, sehingga secara bertahap persoalan mendasar dari pengaruh buruk lingkungan akan terkikis dan tergantikan denagn pengaruh yang baik dari pendidikan keagamaan.

0 Response to "Konsep dasar Psikologi Sosial dan implementasinya dalam kehidupan masyarakat"

Post a Comment