Asal Mula
Nyamuk Berdengung
Kabupaten Gunung Kidul -
Yogyakarta - Indonesia
Asal Mula Nyamuk Berdengung
Rating : 2.9 (28 pemilih)
Diceritakan Kembali
oleh Samsuni
Nyamuk adalah sejenis serangga
pembawa penyakit yang mempunyai dua sayap bersisip, tubuh yang langsing, dan
enam kaki yang panjang. Dari berbagai jenis nyamuk yang ada, jarang sekali yang
memiliki ukuran tubuh melebihi 15 mm. Menurut cerita masyarakat Yogyakarta,
dahulu ukuran nyamuk besarnya sebesar kambing dan dapat berbicara layaknya
manusia. Namun karena tersebab oleh sebuah peristiwa, tubuh nyamuk yang semula
besarnya sebesar kambing tersebut berubah menjadi kecil dan suaranya pun
berubah menjadi berdengung. Peristiwa apakah yang menyebabkan nyamuk berubah
menjadi kecil dan suaranya menjadi berdengung? Ikuti kisahnya dalam cerita Asal Mula Nyamuk Berdengung
berikut ini!
* * *
Alkisah, di kaki bukit di daerah
Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, terdapat sebuah dusun terpencil yang jauh
dari keramaian. Penduduk dusun tersebut senantiasa hidup rukun, damai, dan
sejahtera. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, mereka berladang dan beternak
hewan seperti sapi dan kambing. Setiap hari mereka pergi ke ladang dan ngarit (mencari
rumput) untuk ternak mereka dengan perasaan aman dan tenang.
Suatu ketika, suasana damai dan
tenang tersebut terusik oleh kabar akan kedatangan seekor Ratu Nyamuk ke dusun
itu. Seluruh warga pun menjadi cemas dan takut keluar rumah untuk mencari
nafkah. Bagaimana mereka tidak takut, tubuh Ratu Nyamuk itu amat gemuk dan
ukurannya sebesar kambing. Ratu Nyamuk itu juga memiliki kaki yang panjang dan
berbulu. Demikian pula paruhnya amat runcing dan tajam sehingga dapat mencucuk
kulit hewan yang kasar seperti kuda sekalipun. Oleh karena itu, setiap orang
atau hewan yang dihisapnya akan meninggal karena kehabisan darah. Merasa
terancam keselamatannya, para warga pun segera mengadakan rembug desa (musyawarah
desa) yang dipimpin langsung oleh kepala dusun setempat.
“Bagaimana kalau Ratu Nyamuk itu
kita jebak dan binasakan beramai-ramai?” usul salah seorang warga.
“Maaf, saudara. Saya kira apa yang
Anda usulkan itu tidak akan berhasil,” sanggah seorang warga lainnya, “Ratu
Nyamuk itu dapat terbang tinggi sehingga sulit untuk menjebaknya, apalagi
membinasakannya.”
Suasana musyawarah tersebut cukup
menegangkan. Sudah banyak usulan yang disampaikan oleh warga, namun belum satu
pun yang disepakati secara bersama-sama oleh seluruh peserta rapat. Sebagian
dari warga sudah ada yang merasa cemas dan putus asa karena belum juga
menemukan cara yang tepat untuk membinasakan si Ratu Nyamuk
“Tenang, saudara-saudara! Kita
tidak perlu berputus asa,” ujar Kepala Dusun, “Setahu saya, Ratu Nyamuk itu
memakai sebuah subang yang menjadi rahasia kesaktiannya. Jika subang itu kita
ambil, tentu kekuataannya akan hilang dan akan berubah menjadi kecil. Dengan
demikian, kita dapat menghalaunya dengan mudah.”
“Tapi, Pak Dukuh.[1]
Siapa yang akan berani mengambil subang Ratu Nyamuk itu?” tanya seorang warga.
Mendengar pertanyaan itu, seluruh
peserta rapat terdiam seraya saling memandang satu sama lain. Mereka semua
bingung karena takut darahnya dihisap oleh si Ratu Nyamuk. Di tengah
kebingungan para warga, sang kepala dusun melanjutkan pembicaraannya.
“Saya juga mendengar kabar bahwa
saat ini si Ratu Nyamuk sedang siap bertelur. Dengan demikian, dia pasti
memerlukan pertolongan saat akan mengeluarkan telurnya. Satu-satunya orang yang
dapat menolongnya adalah seorang dukun bayi,” ungkap sang Kepala Dusun.
“Lalu, bagaimana si dukun bayi
dapat mengambil subang Ratu Nyamuk itu?” tanya seorang yang lain dengan
bingung.
Dengan tenang Kepala Dusun
menjawab, “Sebelum menolongnya, dukun bayi itu harus meminta sebuah syarat
kepada si Ratu Nyamuk yaitu menyerahkan subangnya,” jelas sang Kepala Dusun.
Mendengar penjelasan itu, seluruh
peserta rapat mengangguk-anggukkan kepala pertanda setuju. Akhirnya, para warga
bersepakat untuk meminta pertolongan kepada Mbok[2] Surti, satu-satunya dukun bayi
yang ada di dusun tersebut. Mbok Surti dikenal sebagai dukun bayi yang
pemberani dan memiliki banyak pengetahuan.
“Bagaimana Mbok Surti, apakah kamu
bersedia untuk melaksanakan tugas ini?” tanya Kepala Dusun kepada Mbok Surti
yang juga hadir dalam musyawarah itu.
“Demi keamanan dan ketenteraman bersama,
saya bersedia melaksanakan amanat para warga ini,” jawab Mbok Surti.
Suatu hari, saat hendak bertelur,
Ratu Nyamuk datang menemui Mbok Surti untuk meminta pertolongan. Sesuai dengan
yang diamanatkan kepadanya, Mbok Surti pun mengajukan persyaratan itu kepada
Ratu Nyamuk.
“Saya bersedia membantumu wahai
Ratu Nyamuk, tapi dengan syarat kamu harus menyerahkan subangmu kepadaku,”
tegas Mbok Surti.
“Baiklah, Mbok Surti. Aku terima
persyaratanmu,” kata Ratu Nyamuk.
Setelah menyerahkan subangnya
kepada Mbok Surti, Ratu Nyamuk itu segera terbang ke ke atas sebuah pohon.
Sementara itu, Mbok Surti segera menyimpan subang itu baik-baik. Ia kemudian
mengambil seonggok jerami dan meletakannya di bawah pohon tempat Ratu Nyamuk
bertengger.
“Hai, Mbok Surti! Untuk apa jerami
itu?” tanya Ratu Nyamuk.
“Kamu akan bertelur di atas
tumpukan jerami ini agar telur-telurmu aman,” ujar Mbok Surti.
Tanpa merasa curiga sedikit pun,
Ratu Nyamuk itu segera terbang rendah di atas tumpukan jerami setelah Mbok
Surti memintanya. Begitu ia hendak mengeluarkan telurnya, Mbok Surti dengan
cepat membakar tumpukan jerami itu. Api pun menyala sangat besar dan kemudian
padam dengan cepat sehingga menimbulkan kepulan asap tebal yang berwarna hitam.
Tak ayal, si Ratu Nyamuk pun jatuh ke tanah dan menggelepar-gelepar terkena
kepulan asap jerami. Beberapa saat kemudian, telur sebesar jagung keluar dari
tubuhnya dengan jumlah yang sangat banyak. Pada saat yang bersamaan, tubuh Ratu
Nyamuk itu perlahan-lahan berubah menjadi kecil hingga sebesar telurnya. Hal
itu dikarenakan tubuhnya yang amat lemah, sementara subang saktinya sudah tidak
melekat padanya.
Beberapa saat kemudian, telur Ratu
Nyamuk yang jumlahnya banyak itu tiba-tiba menetas menjadi nyamuk-nyamuk kecil.
Ratu Nyamuk kemudian mengajak anak-anaknya untuk mengelilingi Mbok Surti dan
merebut kembali subangnya. Namun, saat ia hendak meminta subangnya kepada Mbok
Surti, suara yang keluar dari mulutnya hanya suara dengungan.
“Ngung... ngung... ngung...,”
demikian suara dengungan Ratu Nyamuk itu.
Suara dengungan tersebut kemudian
ditiru oleh seluruh anak-anaknya. Mbok Surti yang tidak mengerti maksud suara
dengungan itu segera meninggalkan mereka. Namun, Ratu Nyamuk dan anak-anaknya
terus mengejar dan mengelilinginya sambil berdengung-dengung. Oleh karena
merasa terganggu oleh suara dengungan itu, Mbok Surti segera mengumpulkan
jerami lalu membakarnya. Begitu api yang membakar jerami tersebut padam asap
tebal pun mengepul dan mengenai Ratu Nyamuk dan anak-anaknya. Mereka pun
beterbangan meninggalkan Mbok Surti karena tidak tahan dengan asap jerami itu.
Berkat bantuan Mbok Surti mengusir nyamuk-nyamuk tersebut, penduduk di dusun
itu kembali hidup aman dan tenteram. Mereka pun dapat mencari nafkah dan
mencari rumput di ladang tanpa dihantui oleh perasaan cemas.
Sejak peristiwa tersebut, nyamuk
bertubuh kecil dan hanya bisa berdengung. Nyamuk-nyamuk tersebut hanya bisa
mengeluarkan suara dengungan. Meski demikian, mereka akan terus mengejar Mbok
Surti untuk meminta subangnya. Itulah sebabnya mereka selalu mengganggu manusia
hingga saat ini dengan berdengung di dekat telinganya. Demikian pula, hingga
saat ini masih banyak penduduk desa yang menggunakan asap jerami untuk mengusir
nyamuk.
* * *
Demikian cerita legenda Asal Mula Nyamuk Berdengung
dari daerah Yogyakarta. Sedikitnya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari
cerita di atas yaitu keutamaan musyawarah untuk mufakat dan keutamaan suka
membantu demi kepentingan umum. Pertama,
keutamaan musyawarah untuk mufakat terlihat pada sikap dan perilaku para warga
dusun. Pada saat menghadapi sebuah masalah, mereka senantiasa mengadakan
musyawarah untuk mencari pemecahannya secara bersama-sama. Kedua, keutamaan
suka menolong terlihat pada sikap dan perilaku Mbok Surti. Demi ketenteraman
seluruh warga, ia bersedia menolong para warga dari gangguan Ratu Nyamuk dengan
keberanian dan pengetahuan yang dimilikinya. Berkat pertolongannya, warga dusun
pun kembali hidup aman dan tenteram.
(Samsuni/sas/211/11-10)
Dibaca
10.746 kali
Unsur intrinsik pada cerita rakyat tersebut adalah
A.
TEMA: membinasakan
nyamuk raksasa yang meresahkan masyarakat.
B.
LATAR:
&
TEMPAT : balai desa.
(para
warga pun segera mengadakan rembug
desa (musyawarah desa) yang dipimpin langsung oleh kepala
dusun Setempat,karena biasanya rebung
desa dilakukan di balai desa)
&
WAKTU : pagi dan siang hari(Suatu
hari, saat hendak bertelur, Ratu Nyamuk datang menemui Mbok Surti untuk meminta
pertolongan. Sesuai dengan yang diamanatkan kepadanya, Mbok Surti pun
mengajukan persyaratan itu kepada Ratu Nyamuk)
.
&
Suasana:
-rukun ,damai,aman , tenang , menakutkan dan menegangkan(Mendengar
pertanyaan itu, seluruh peserta rapat terdiam seraya saling memandang satu sama
lain. Mereka semua bingung karena takut darahnya dihisap oleh si Ratu Nyamuk.
Di tengah kebingungan para warga, sang kepala dusun melanjutkan pembicaraannya.dan
Suasana musyawarah tersebut cukup menegangkan. Sudah banyak usulan yang
disampaikan oleh warga, namun belum satu pun yang disepakati secara
bersama-sama oleh seluruh peserta rapat. Sebagian dari warga sudah ada yang
merasa cemas dan putus asa karena belum juga menemukan cara yang tepat untuk
membinasakan si Ratu Nyamuk
C.
PENOKOHAN
: dramati
[
PERWATAKAN:
&
kepala dusun : bijaksana (“Tenang, saudara-saudara! Kita tidak
perlu berputus asa,” ujar Kepala Dusun, “Setahu saya, Ratu Nyamuk itu memakai
sebuah subang yang menjadi rahasia kesaktiannya. Jika subang itu kita ambil,
tentu kekuataannya akan hilang dan akan berubah menjadi kecil. Dengan demikian,
kita dapat menghalaunya dengan mudah.”)
&
Mbok
surti : berani
dan memiliki banyak pengetahuan
(Mendengar
penjelasan itu, seluruh peserta rapat mengangguk-anggukkan kepala pertanda
setuju. Akhirnya, para warga bersepakat untuk meminta pertolongan kepada Mbok[2] Surti, satu-satunya dukun bayi yang ada
di dusun tersebut. Mbok Surti dikenal sebagai dukun bayi yang pemberani dan
memiliki banyak pengetahuan.
&
Warga
masyarakat : penakut, putus asa (Suasana
musyawarah tersebut cukup menegangkan.
Sudah banyak usulan yang disampaikan oleh warga, namun belum satu pun yang
disepakati secara bersama-sama oleh seluruh peserta rapat. Sebagian dari warga sudah ada
yang merasa cemas dan putus asa karena belum juga menemukan cara yang tepat
untuk membinasakan si Ratu Nyamuk)
D.
GAYA
BAHASA (majas) : gaya bahasa yang di gunakan adalah
bahasa baku
&
HIPERBOLA : tubuh Ratu Nyamuk itu amat gemuk dan ukurannya sebesar kambing setiap orang atau
hewan yang dihisapnya akan meninggal karena kehabisan darah.
E.
SUDUT
PANDAN : orang ketiga pelaku utama
F.
ALUR : maju
G.
AMANAT :ada dua
pesan moral yang dapat dipetik dari cerita atas yaitu
keutamaan
bermusyawarah untuk mencapai mufakat dan keutamaan suka membantu demi kepentingan umum. Pertama,
keutamaan
musyawarah untuk mufakat terlihat pada sikap
dan perilaku
para
warga dusun. Pada saat menghadapi sebuah masalah,
mereka
senantiasa mengadakan musyawarah untuk mencari
pemecahannya
secara bersama-sama. Kedua,
keutamaan suka
menolong terlihat pada sikap dan perilaku Mbok
Surti. Demi
ketenteraman seluruh warga, ia bersedia
menolong para warga
dari
gangguan Ratu Nyamuk dengan keberanian dan
pengetahuan
yang dimilikinya. Berkat pertolongannya, warga
dusun pun kembali hidup aman dan
tenteram
Unsur
ekstirsik :
&
nilai etika : ,karena pada cerita tersebut menyelesaikan suatu masalah dengan jalan
musyawarah seperti yang dilakukan oleh
masyarakat gunung kidul
&
nilai sosial: nilai saling tolong menolong
yang dilakukan oleh mbok surti
yang membantu ratu nyamuk bertelur
Hal
yang menarik dari cerita rakyat tersebut yang terkait dengan masa sekarang
adalah ukuran nyamuk yang sangat
besar yaitu sebesar kambing ,yang dapat
menghisap darah hewan dan manusia sampai mati serta dapat berbicara tetapi anehnya di zaman sekarang ukuran
nyamuk sangat kecil yaitu kurang lebih 15 mm saja dan hanya bisa berdengung
serta bersuara “Ngung...
ngung... ngung...,”saja
0 Response to "Asal Mula Nyamuk Berdengung"
Post a Comment