Dampak Kerusakan Kawasan Mangrove dan Akibatnya



Dampak Kerusakan Kawasan Mangrove dan Akibatnya

Mangrove adalah vegetasi khas daerah tropika dan subtropika yang tumbuh pada tanah lumpur di dataran rendah di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar muara sungai. Tumbuhan tersebut tergenang di saat kondisi air pasang dan bebas dari genangan di saat kondisi air surut.

Kerusakan kawasan mangrove banyak diakibatkan oleh ulah manusia, baik skala kecil maupun skala besar. Kerusakan yang berskala kecil misalnya pengambilan kayu untuk digunakan sebagai sumber energy atau kayu bakar, dan obat-obatan tradisional (misalnya untuk mengobati tumor menggunakan daun Bruguiera sexangula). Selain itu karena kegiatan manusia yang berskala besar misalnya konversi atau perubahan status peruntukan, dan pengambilan batu atau karang pantai. Perubahan status peruntukan misalnya dijadiakan petak pembuatan garam, tambak, pemukiman, lahan pertanian, industri perikanan, dan industri listrik. Akibat proses-proses tersebut, hutan mangrove semakin berkurang sehingga dapat menyebabkan terjadinya abrasi pantai.
Menurut harian kompas (23 Desemer 2001 dalam Arief, 2007), pada tahun 1995 pernah dilaporkan terjadinya abrasi pantai sepanjang 15 km di Aceh, yang mengikis wilayah daratan sampai 100 m. Pulau Jawa kawasan Cirebon, Indramayu, dan Probolinggo juga mengalami hal yang sama. Di Indramayu (Jawa Barat) luas areal pantai yang teabrasi lebih dari 2000 ha, tersebar di 7 kecamatan dan 28 desa dengan tingkat abrasi mencapai 10 m pertahun. Di probolinggo (Jawa Timur), panjang gerusan garis pantai mencapai sekitar 1 km dan sejauh 150 m, dengan tingkat kemunduran garis pantai sekitar 4 m pertahun.
Akibat yang bisa ditimbulkan karena terjadinya kerusakan kawasan mangrove antara lain yaitu:
1.    Abrasi pantai
2.    Intrusi air laut lebih jauh kedaratan
3.    Terjadinya banjir
4.    Perikanan laut menurun
5.    Sumber mata pencaharian penduduk setempat berkurang.

Thanks for referensi:
a)      Arief, Arifin. 2007. Hutan Mangrove. Yogyakarta: Kanisius

b)      Fauziah, Y. 1999. Prospek Rehabilitasi Hutan Mangrove Pangkalan Batang Bengkalis, Riau Ditinjau dari Vegetasi Strata Semai. Dalam Prosiding Seminar VI Ekosistem Mangrove di Pekanbaru, 15-18 September 1998.

c)      Kasim, Ma’ruf. 2008. Mengenal Pola Rehabilitasi Mangrove Partisipative. Online, (http://www.google.com).

d)     Noor, dkk. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. Bogor: PKA/WI-IP.


f)       Savitri, L.A. dan M. Khazali. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir. Bogor: Wetlands International Indonesia Programme.

g)      Subing, H. Z. 1995. Pengembangan Wilayah Pantai Terpadu dalam Rangka Pembangunan Daerah. Dalam Prosiding Seminar V Ekosistem Mangrove di Jember, 3-6 Agustus 1994.

h)      Sudarmadji. 2001. Rehabilitasi Hutan Mangrove Dengan Pendekatan pemberdayaan Masyarakat Pesisir (Jurnal). Jember: FMIPA Universitas Jember

i)        The Mangrove Information Centre. Online, (http://www.mangrovecentre.or.id).

j)        Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan. Jakarta: Departemen Kehutanan Republik Indonesia


0 Response to "Dampak Kerusakan Kawasan Mangrove dan Akibatnya"

Post a Comment